KEJUJURAN PENULIS DENGAN KUTIPAN
![]() |
Ahmad Syafi'i |
Dalam
dunia tulis menulis menyitir pendapat orang yang ahli dalam bidangnya adalah
merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi budaya dalam
dunia keartikelan apalagi sebuah karya ilmiah. Seorang penulis pada saat
memaparkan informasi sudah barang tentu merujuk pada sumber sebelumnya untuk
kemudian dijadikan dasar sumber selanjutnya yang sering disebut bahan rujukan.
Rujukan
ide biasanya berasal dari beberapa informasi, buku, naskah, manuskrip, sebelumnya
atau peraturan bahkan kitab suci dan lain sebagainya. Maka dalam perujukan
tidak serta merta menuliskan dengan sesukanya tetapi harus melalui kode etik
penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. Terkecuali naskah yang dimaksud adalah
sebuah cerita fiktif, reka-rekaan, cerita pendek, novel dan sejenisnya.
Jika
narasi naskah adalah sebuah informasi bersifat ilmiah mau tidak mau niscaya
menyertakan sumber asal muasal sebuah informasi yang layak dikonsumsi oleh
khalayak sebuah keharusan, karena didalamnya terdapat kesimpulan yang
bermanfaat bagi kepentingan keilmuan dan masyarakat luas. Karenanya seorang
penulis atau peneliti berhak mendapatkan hak cipta yang dilindungi oleh
peraturan yang berlaku.
Oleh
karena itu dalam melukiskan rujukan terdapat kode etik tersendiri dimana dalam
melakukan pengutipan harus menyesuaikan jenis keilmuan. Sebab dalam karya
ilmiah terdapat pengelompokan bidang ilmu sehingga model penulisan kutipan
dewasa ini juga perlu memperhatikan jenis keilmuan yang dipaparkan dalam naskah
tersebut.
Ada
beberapa jenis kelompok kutipan yang mesti dimengerti oleh akademisi, peneliti,
guru dan dosen yang dalam melakukan pengutipan (reference) atau biasa diistilahkan sebagai gaya selingkung.
Hal ini terlepas dari model catatan dalam yang sering disebut innote atau catatan kaki biasanya
disebut footnote. Model pengutipan tersebut kembali pada selera penulis
masing-masing kecuali seorang penulis berposisi sebagai author pada media
ilmiah atau jurnal ilmiah yang disediakan oleh kelompok profesi, lembaga
pemerintah, intitusi pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
Menulis
disini dimedia ilmiah inilah seorang author atau penulis buku ilmiah
akan diuji kejujurannya. Artinya narasi yang lahir dari ide sendiri dan narasi
orang lain harus ada pembedanya sebagai pencirian karya yang bersifat ilmiah.
Penyebutan ide dalam tulisan seorang penulis inilah yang sering dikatakan
kutipan atau citation.
Sedangkan
dalam menyelesaikan tulisan selanjutnya diakhir naskah, artikel, atau buku
ilmiah perlu juga pencantuman sumber secara lengkap yang mana saling terkait
satu sama lain dengan kutipan (citati). Pencantuman inilah dalam dunia
tulis menulis sering disebut daftar sumber
pustaka atau dengan istilah lain bibliography sebagai sumber penguat.
“Pada
prinsipnya semua pendapat orang lain harus dicantumkan sumbernya, baik yang
berasal dari buku, jurnal, koran dan majalah, lagu, program televisi, film, sumber
elektronik, surat dan e-mail, program komputer, pengumuman, atau media media lain
yang merupakan hasil karya seseorang atau kelompok” (REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, 2017).
Nah
dari semua tersebut diatas akan ketahuan kualitas sebuah naskah yang dihasilkan
penulis untuk selanjutnya bagi seorang peneliti, akademisi, guru, dan dosen
dapat melakukan publikasi.
“Sitiran
atau kutipan tidak saja penting sebagai bentuk informasi kepada sumber aslinya,
akan tetapi lebih pada bagaimana pengembangan pengetahuan itu dibangun melalui
tulisan-tulisan yang saling terkait” (Surachman,
2016).
Beberapa
jenis model pengutipan untuk dapat disesuaikan dengan jenis bidang keilmuan
misalnya seperti:
1.
APA
STYLES
2.
MLA
STYLES
3.
CHICAGO
STYLES
4.
TURABIAN STYLES
5.
AMA STYLES,
dan lain-lain.
Jadi seorang
penulis dalam melakukan pengutipa selayaknya memperhatikan jenis karya tulis
yang sedang digarap sehingga saat melakukan melukiskan sebuah referensi tidak
asal kutip seselera mungkin tetapi mengikuti kaidah-kaidah pengutipan yang baik
dan benar serta mempertimbangkan jenis rumpun keilmuan dalam naskah tersebut.
Daftar bacaan:
REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. (2017). KEPUTUSAN
REKTOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA NOMOR: 507 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN
PENULISAN KARYA ILMIAH. Dipetik Agustus 28, 2018, dari lpm.uinjkt.ac.id:
http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/SK-REKTOR-NOMOR-507-TENTANG-PEDOMAN-PENULISAN-KARYA-ILMIAH.pdf
Surachman, A. (2016). PANDUAN GAYA
PENULISAN SITIRAN KARYA ILMIAH. Dipetik Agustus 28, 2018, dari Perpustakaan
UGM: http://lib.ugm.ac.id/data/panduan_sitiran.pdf
0 Response to "KEJUJURAN PENULIS DENGAN KUTIPAN"
Posting Komentar
Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama