MEREKONSTRUKSI PERAN PERPUSTAKAAN PADA MASYARAKAT URBAN BAGIAN 3
Perpustakaan dan Informasi Virtual
Perpustakaan umumnya adalah sebuah ruangan, bagian gedung
ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Definisi tersebut
lebih
mengarahkan
pada
peran perpustakaan yang bertujuan
untuk
mendayagunakan koleksinya untuk
kepentingan umum bukan untuk
mencari keuntungan
yang
sebesar-besarnya. Lalu
pertanyaan
yang
muncul sekarang
adalah
bagaimana cara
mewujudkan
perpustakaan yang
dapat melayani
pemakai dengan baik dan efektif sehingga pemakai dapat
menemukan informasi
secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja bukan pekerjaan yang
mudah tapi bisa terlaksana. Dalam membuat
perpustakaan yang ideal yang mampu menjawab tantangan
jaman, perlu memperhatikan hal-hal yang penting seperti di bawah ini.
Pertama adalah sumber daya manusia yang mengelola
perpustakaan. Komponen ini adalah sesuatu yang
sangat penting
dalam proses pengembangan diri perpustakaan.
Keluwesan dalam menanggapi
dinamika perubahan jaman oleh pustakawan mutlak
diperlukan jika per-
pustakaan ingin maju. Sekarang ini jalan yang ditempuh pemerintah untuk
mengatasi masalah SDM dalam
dunia perpustakaan
adalah menetapkan ketentuan calon pustakawan harus
berpendidikan minimal D-3
perpustakaan. Tapi walaupun begitu ternyata perpustakaan belum dapat berkembang
secara optimal. Rupanya dengan hanya berpendidikan D3
perpustakaan saja belum cukup. Hal yang
terpenting
dalam pengadaan
SDM untuk menuju perpustakaan yang
ideal adalah pustakawan yang
berdedikasi tinggi pada tugas dan mempunyai kemampuan plus. Mereka tidak hanya bermodalkan tanda lulus dari D3 perpustakaan tapi juga harus bisa menguasai ketrampilan lain yang ada hubungannya dengan pengolahan perpustakaan seperti komputer.
Di jaman yang serba canggih ini
komputer tak bisa
ditinggalkan begitu saja, karena komputerlah yang
menguasai semua jaringan informasi global. Padahal kita tahu
bahwa
perpustakaan adalah pusat dan penyebar informasi. Alangkah
menyedihkan jika perpustakaan yang
merupakan gudang ilmu dan
informasi tidak
bisa melakukan tugasnya memberikan informasi pada
masyarakat,
hanya karena SDM-nya yang tak mempunyai kemampuan untuk melayaninya. Rupanya
alasan
itulah yang membuat masyarakat
beropini kurang baik terhadap
perpustakaan
dan
memandang
sebelah
mata pada perpustakaan.
Hal kedua
yang
perlu
dicermati dalam
pengembangan
perpustakaan adalah manajemen perpustakaan yang
digunakan. Manajemen ini juga tergantung pada SDM
dalam perpustakaan tersebut. Jika SDM-nya cukup berkemampuan untuk membuat kebijakan
yang
membuat perpustakaan maju, maka
perpustakaan akan
cepat berkembang. Manajemen yang terkesan berbelit-belit dan kolot
tak
lagi berlaku di jaman sekarang. Untuk itu
dibutuhkan segalanya yang serba
praktis dan efektif termasuk dalam mengatur perpustakaan.
Penambahan pegawai perpustakaan yang
tidak dapat berperan banyak seharusnya dihilangkan, karena tidak
efektif.
Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji mereka sia-sia saja. Bila perpustakaan benar-benar membutuhkan tambahan tenaga baru
maka sistem penerimaannya harus dilakukan secara selektif bukan menggunakan sistem kekeluargaan.
Hal tersebut dilakukan
untuk menghindari kesalahan yang
fatal. Dengan kata lain bahwa perpustakaan
mementingkan kualitas dari
pada kuantitas
pengelolanya. Selain itu
pengaturan struktur organisasinya juga harus jelas. Masing-masing bagian harus mengerti tugas dan kewajibannya. Bagian pengadaan bahan pustaka, pengolahan,
penyimpanan dan
redistribusi harus tahu kedudukannya
dan peranannya dalam perpustakaan. Kalau mereka sudah tahu dan menyadari akan hal itu maka
proses temu kembali informasi akan terjadi
secara cepat dan tepat. Selain
itu manajemen yang ada juga harus
mengutamakan komunikasi yang baik
antara bawahan dan
atasan. Bentuk komunikasi seperti ini penting agar tidak
terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan
tugas.
Sikap atasan yang
terkesan "galak" pada
bawahannya kurang baik
walaupun
sikap tegas juga diperlukan. Sikap yang tidak bersahabat dari
atasan pada
bawahan akan menyebabkan bawahan tidak bisa berkembang karena merasa terkekang.
Ketiga, sesuatu yang tak kalah pentingnya dalam mewujudkan perpustakaan ideal adalah lengkapnya
koleksi yang dimiliki oleh
perpustakaan. Kita
mungkin sering
mengalami kekecewaan manakala kita datang ke perpustakaan untuk mencari informasi ternyata kita di sana
tidak memperoleh apa-apa hanya karena perpustakaan tersebut tidak lengkap. Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi apabila perpustakaan rajin mengadakan kerjasama di
antara mereka.
Perpustakaan tak
perlu
membeli semua bahan koleksi untuk
melayani pemakai,
karena
hal
itu tak mungkin. Tapi
dengan adanya kerjasama antar perpustakaan yang baik dan konsisten maka biaya pengadaan bisa ditekan. Bentuk kerjasama
tentu saja ber-macam-macam mulai dari
pengadaan bahan pustaka sampai kerjasama
pengolahan. Kerjasama
antar perpustakaan tidak
hanya menguntungkan pemakai saja tapi
juga para pustakawannya, karena antar pustakawan dapat saling bertukar informasi atau
seputar dunia kerja di perpustakaan sehingga pengalaman
mereka menjadi lebih
banyak.
Hal keempat, yaitu pendanaan. Sampai saat ini masalah yang
dihadapi
perpustakaan adalah kurangnya dana yang dimiliki
oleh perpustakaan dan sedikitnya subsidi
dari pemerintah.
Alasan ini pula yang sering
disebutkan untuk menjawab mengapa
perpustakaan kurang
berkembang. Tapi seharusnya hal itu tak
perlu
terjadi karena perpustakaan
dapat memperoleh
dana dari luar apabila pustakawannya mampu dan mau berkreasi.
Cara yang ditempuh banyak sekali, diantaranya selain
menjadi tempat peminjaman
buku pada masyarakat, perpustakaan juga membuka
usaha lain seperti fotokopi,
menjual peralatan sekolah, bahkan makanan. Hal tersebut boleh-boleh
saja
asal tidak mengganggu tugas utamanya sebagai tempat penyebar
ilmu dan informasi. Tapi untuk mewujudkan hal itu memang tidak mudah tapi bisa terlaksana. Usaha yang pertama dilakukan tak perlu menyiapkan modal yang sangat besar tapi dilakukan secara bertahap. Yang
paling pokok yang menjadi pedoman adalah tugas dan fungsi perpustakaan tidak terabaikan. Jangan sampai membuka usaha lain sukses tapi tugas utama
rusak. Jenis perpustakaan seperti ini telah sukses dilaksanakan di luar negeri
terutama di negara maju.
Mereka membangun
perpustakaan seperti tempat belajar
dan
rekreasi yang tenang dan nyaman, sehingga
masyarakat sangat antusias untuk menggunakannya. Selain
membaca
buku mereka dapat berbelanja untuk kebutuhan belajar-nya di
perpustakaan. Pada awalnya itu semua merupakan usaha kecil-kecilan
tapi
berkat usaha, kerja keras dan didukung oleh SDM yang bermutu dan
berdedikasi tinggi maka perpustakaan ideal bisa terwujud.
Perkembangan perpustakaan
di
tengah-tengah
masyarakat merupakan indikator
dan barometer berkembangnya masyarakat informasi yakni masyarakat yang
di
dalam kehidupannya memerlukan ketersediaan
akses
dan
kemudahan informasi
menjadi salah satu kebutuhan informasi sangat penting
bagi kehidupan kita
oleh karena itu informasi seharusnya
dapat di peroleh di perpustakaan dan sangat bergantung pada pustakawan, informasi sangat berperan
dalam pengambilan keputusan
karena
dapat mengambil keputusan
ataupun mengambil suatu tindakan
yang tepat.
Kita memerlukan
informasi yan tepat dan actual, karena
dengan adanya informasi actual, kita
tidak akan salah ambil
keputusan sebaliknya apabila tidak
ada
informasi yang
actual
maka akan terjadi salah
pengambilan keputusan.
Selain itu perpustakaan sebagai lembaga informasi
di suatu
perguruan tinggi telah menjadi learning resources
center bagi civitas akademika. (Fraser G. Poole) mengemukakan bahwa perpustakaan
di anggap sebagai learning resources center dimana
fungsinya bertanggung jawab mengumpulkan
dan menyediakan informasi yang
relevan dan
berhubungan dengan program pendidikan lemabaga yang bersangkutan.
Melihat
hal di
atas,
kehadiran perpustakaan
sebagai
pusat informasi
semakin terasa penting ketika manusia dengan usahanya sendiri
tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi yang
di
inginkan karena
alasan keuangan atau berbagai factor lainnya.
Selain kisah dan
narasi turun-menurun
yang
telah diwariskan lewat ingatan kolektif, dengan adanya perpustakaan nasional, kita dapat
menelusuri
lebih dalam sejarah masa lalu
lewat buku, lembaran, dan manuskrip yang telah dituliskan oleh para pendahulu dalam rentang
sejarah dan periode
tertentu. Beragam
dokumen
itulah
yang
akan
menuntut kita kepada masa lalu sebagai bangsa atas apa yang dijejaki saat ini, sehingga bisa membuka jalan masa depan yang lebih baik.
0 Response to "MEREKONSTRUKSI PERAN PERPUSTAKAAN PADA MASYARAKAT URBAN BAGIAN 3"
Posting Komentar
Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama