Surfe.be - Layanan iklan spanduk

MEREKONSTRUKSI PERAN PERPUSTAKAAN PADA MASYARAKAT URBAN BAGIAN 3

Oleh:
Dr. Bachtiar Hariyadi, M.Si, (Dosen Pasca Sarjana Universitas Sunan Giri Surabaya),
Agus Sugiopranoto, S.S, M.Hum, (Pustakawan ITS)

Perpustakaan dan Informasi Virtual
Perpustakaan umumnya adalah sebuah ruangan, bagian gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Definisi tersebut lebih mengarahkan pada peran perpustakaan yang bertujuan untuk mendayagunakan koleksinya untuk kepentingan umum bukan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Lalu pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana cara mewujudkan perpustakaan yang dapat melayani pemakai dengan baik dan efektif sehingga pemakai dapat menemukan informasi secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan hal itu tentu saja bukan pekerjaan yang mudah tapi bisa terlaksana. Dalam membuat perpustakaan yang ideal yang mampu menjawab tantangan jaman, perlu memperhatikan hal-hal yang penting seperti di bawah ini.
Pertama adalah sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan. Komponen ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam proses pengembangan diri perpustakaan. Keluwesan dalam menanggapi dinamika perubahan jaman oleh pustakawan mutlak diperlukan jika per- pustakaan ingin maju. Sekarang ini jalan yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah SDM dalam dunia perpustakaan adalah menetapkan ketentuan calon pustakawan harus berpendidikan minimal D-3 perpustakaan. Tapi walaupun begitu ternyata perpustakaan belum dapat berkembang secara optimal. Rupanya dengan hanya berpendidikan D3 perpustakaan saja belum cukup. Hal yang terpenting dalam pengadaan SDM untuk menuju perpustakaan yang ideal adalah pustakawan yang berdedikasi tinggi pada tugas dan mempunyai kemampuan plus. Mereka tidak hanya bermodalkan tanda lulus dari D3 perpustakaan tapi juga harus bisa menguasai ketrampilan lain yang ada hubungannya dengan pengolahan perpustakaan seperti komputer. Di jaman yang serba canggih ini komputer tak bisa ditinggalkan begitu saja, karena komputerlah yang menguasai semua jaringan informasi global. Padahal kita tahu bahwa perpustakaan adalah pusat dan penyebar informasi. Alangkah menyedihkan jika perpustakaan yang merupakan gudang ilmu dan informasi tidak bisa melakukan tugasnya memberikan informasi pada masyarakat, hanya karena SDM-nya yang tak mempunyai kemampuauntuk melayaninya. Rupanya alasan itulah yang membuat masyarakat beropini kurang baik terhadap perpustakaan dan memandang sebelah mata pada perpustakaan.
Hal kedua yang perlu dicermati dalam pengembangan perpustakaan adalah manajemen perpustakaan yang digunakan. Manajemen ini juga tergantung pada SDM dalam perpustakaan tersebut. Jika SDM-nya cukup berkemampuan untuk membuat kebijakan yang membuat perpustakaan maju, maka perpustakaan akan cepat berkembang. Manajemen yang terkesan berbelit-belit dan kolot tak lagi berlaku di jaman sekarang. Untuk itu dibutuhkan segalanya yang serba praktis dan efektif termasuk dalam mengatur perpustakaan.
Penambahan pegawai perpustakaan yang tidak dapat berperan banyak seharusnya dihilangkan, karena tidak efektif. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji mereka sia-sia saja. Bila perpustakaan benar-benar membutuhkan tambahan tenaga baru maka sistem penerimaannya harus dilakukan secara selektif bukan menggunakan sistem kekeluargaan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan yang fatal. Dengan kata lain bahwa perpustakaan mementingkan kualitas dari pada kuantitas pengelolanya. Selain itu pengaturan struktur organisasinya juga harus jelas. Masing-masing bagian harus mengerti tugas dan kewajibannya. Bagian pengadaan bahan pustaka, pengolahan, penyimpanan dan redistribusi harus tahu kedudukannya dan peranannya dalam perpustakaan. Kalau mereka sudah tahu dan menyadari akan hal itu maka proses temu kembali informasi akan terjadi secara cepat dan tepat. Selain itu manajemen yang ada juga harus mengutamakan komunikasi yang baik antara bawahan dan atasan. Bentuk komunikasi seperti ini penting agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan tugas. Sikap atasan yang terkesan "galak" pada bawahannya kurang baik walaupun sikap tegas juga diperlukan. Sikap yang tidak bersahabat dari atasan pada bawahan akan menyebabkan bawahan tidak bisa berkembang karena merasa terkekang.
Ketiga, sesuatu yang tak kalah pentingnya dalam mewujudkan perpustakaan ideal adalah lengkapnya koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Kita mungkin sering mengalami kekecewaan manakala kita datang ke perpustakaan untuk mencari informasi ternyata kita di sana tidak memperoleh apa-apa hanya karena perpustakaan tersebut tidak lengkap. Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi apabila perpustakaan rajin mengadakan kerjasama di antara mereka. Perpustakaan tak perlu membeli semua bahan koleksi untuk melayani pemakai, karena hal itu tak mungkin. Tapi dengan adanya kerjasama antar perpustakaan yang baik dan konsisten maka biaya pengadaan bisa ditekan. Bentuk kerjasama tentu saja ber-macam-macam mulai dari pengadaan bahan pustaka sampakerjasama pengolahan. Kerjasama antar perpustakaan tidak hanya menguntungkan pemakai saja tapi juga para pustakawannya, karena antar pustakawan dapat saling bertukar informasi atau seputar dunia kerja di perpustakaan sehingga pengalaman mereka menjadi lebih banyak.
Hal keempat, yaitu pendanaan. Sampai saat ini masalah yang dihadapi perpustakaan adalah kurangnya dana yang dimiliki oleh perpustakaan dan sedikitnya subsidi dari pemerintah.
Alasan ini pula yang sering disebutkan untuk menjawab mengapa perpustakaan kurang berkembang. Tapi seharusnya hal itu tak perlu terjadi karena perpustakaan dapat memperoleh dana dari luar apabila pustakawannya mampu dan mau berkreasi. Cara yang ditempuh banyak sekali, diantaranya selain menjadi tempat peminjaman buku pada masyarakat, perpustakaan juga membuka usaha lain seperti fotokopi, menjual peralatan sekolah, bahkan makanan. Hal tersebut boleh-boleh saja asal tidak mengganggu tugas utamanya sebagai tempat penyebar ilmu dan informasi. Tapi untuk mewujudkan hal itu memang tidak mudah tapi bisa terlaksana. Usaha yang pertama dilakukan tak perlu menyiapkan modal yang sangat besar tapi dilakukan secara bertahap. Yang paling pokok yang menjadi pedoman adalah tugas dan fungsi perpustakaan tidak terabaikan. Jangan sampai membuka usaha lain sukses tapi tugas utama rusak. Jenis perpustakaan seperti ini telah sukses dilaksanakan di luar negeri terutama di negara maju. Mereka membangun perpustakaan seperti tempat belajar dan rekreasi yang tenang dan nyaman, sehingga masyarakat sangat antusias untuk menggunakannya. Selain membaca buku mereka dapat berbelanja untuk kebutuhan belajar-nya di perpustakaan. Pada awalnya itu semua merupakan usaha kecil-kecilan tapi berkat usaha, kerja keras dan didukung oleh SDM yang bermutu dan berdedikasi tinggi maka perpustakaan ideal bisa terwujud.
Perkembangan perpustakaan di tengah-tengah masyarakat merupakan indikator dan barometer berkembangnya masyarakat informasi yakni masyarakat yang di dalam kehidupannya memerlukan ketersediaan akses dan kemudahan informasi menjadi salah satu kebutuhan informasi sangat penting bagi kehidupan kita oleh karena itu informasi seharusnya dapat di peroleh di perpustakaan dan sangat bergantung pada pustakawan, informasi sangat berperan dalam pengambilan keputusan karena dapat mengambil keputusan ataupun mengambil suatu tindakan yang tepat. Kita memerlukan informasi yan tepat dan actual, karena dengan adanya informasi actual, kita tidak akan salah ambil keputusan sebaliknya apabila tidak ada informasi yang actual maka akan terjadi salah pengambilan keputusan.
Selain itu perpustakaan sebagai lembaga informasi di suatu perguruan tinggi telah menjadi learning resources center bagi civitas akademika. (Fraser G. Poole) mengemukakan bahwa perpustakaan di anggap sebagai learning resources center dimana fungsinya bertanggung jawab mengumpulkan dan menyediakan informasi yang relevan dan berhubungan dengan program pendidikan lemabaga yang bersangkutan.
Melihat hal di atas, kehadiran perpustakaan sebagai pusat informasi semakin terasa penting ketika manusia dengan usahanya sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan informasi yang di inginkan karena alasan keuangan atau berbagai factor lainnya.
Sebagai organisasi non profit perpustakaan juga harus mengutamakan kepuasaan user baik dengan menyediakan berbagai layanan jasa dan fasilitas yang di akses secara murah oleh user yang mayoritas yaitu mahasiswa maka di butuhkan suatu manajemen kerja yang baik dan sistematis sehingga kehadirannya betul di rasakan berdaya guna dan berhasil guna.
Ada sebuah diktum yang tak pernah lekang termakan waktu, ”perpustakaan adalah jantung peradaban. Diktum ini menunjukkan betapa perpustakan memiliki peran yang sangat krusial dalam menyimpan dokumen yang bernilai sejarah dan berfungsi sebagai pemompa denyut nadi peradapan manusia agar terus hidup. Selain itu, sebagai penyimpan pelbagai dokumen dan penggerak kebudayaan sebuah masyarakat, perpustakaan lewat ribuan data yang tersimpan, informasi yang tersusun, manuskrip yang terkatalog, dan ribuan cerita yang termaktub telah membentuk identitas etnis, komunitas, bangsa, dan negara.
Selain kisah dan narasi turun-menurun yang telah diwariskan lewat ingatan kolektif, dengan adanya perpustakaan nasional, kita dapat menelusuri lebih dalam sejarah masa lalu lewat buku, lembaran, dan manuskrip yang telah dituliskan oleh para pendahulu dalam rentang sejarah dan periode tertentu. Beragam dokumen itulah yang akan menuntut kita kepada masa lalu sebagai bangsa atas apa yang dijejaki saat ini, sehingga bisa membuka jalan masa depan yang lebih baik.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MEREKONSTRUKSI PERAN PERPUSTAKAAN PADA MASYARAKAT URBAN BAGIAN 3"

Posting Komentar

Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama