Surfe.be - Layanan iklan spanduk

Burung Walet Panjang Sayapnya Manusia Panjang Tangannya

Burung walet atau biasa disebut Collocalia vestita adalah jenis burung dengan keistimewaan yang tiada duanya di dunia ini sehingga menjadi sebuah catatan sebagai fakta.

Burung walet tidak setiap benua mendapati kawanan burung yang satu ini dengan beragam keistimewaan yang dimiliki.

Burung walet dengan warna bulunya yang hitam dan sayap yang berpola runcing serta ekor yang panjang kemudian terdapat warna coklat pada bagian dada atau bawahnya.

Gambar burung walet terbang
Gambar burung walet terbang


Kawanan burung walet biasa hidup di tepi-tepi pantai atau di gua-gua dengan ruangan yang lebar bahkan di permukiman dengan hinggap didinding atau bumbung kosong.

Tabiat burung walet yang demikian karena kakinya yang cukup pendek namun memiliki sayap yang panjang meskipun diujungnya meruncing.

Kawanan burung walet banyak dijumpai di kawasan Asia Tenggara seperti di Indonesia, Filipina, Thailand Timor Leste, dan Vietnam serta Laos.

Diluar Asia Tenggara jarang sulit menemukan kawanan burung walet, seperti di Amerika, dan Benua Eropa lainnya serta tidak juga mudah ditemukan di benua Afrika.

Hal tersebut karena burung walet suka dengan daerah-daerah tropis yang memiliki curah hujan cukup tinggi. Karena burung walet suka dengan tempat yang lembab untuk berkembang biak.

Keistimewaan burung walet

Burung walet enggan membuat sarang berangkat dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya apalagi menempati sarang yang dibuat burung lain justru burung walet tidak menyukai karena tidak akan merasa nyaman. Dia lebih nyaman tinggal disarang yang ia buat sendiri dengan air liurnya.

Masa yang dibutuhkan oleh burung walet saat membuat sarang sebagai tempat tinggalnya sendiri sekitar 56 hari.

Kesabaran burung walet cukup tinggi dibanding dengan burung-burung lainnya. Kesabarannya teruji mulai dengan pelan dan susah payah saat membangun sarang sebagai tempat tinggalnya dan berkembang biak. Aie liur kental yang keluar dari paruhnya dirajut sedemikian rupa dengan telaten dan penuh ketekunan hingga membutuhkan beberapa jam untuk menunggu kering hingga membentuk bulatan pipih dan panjang laiknya mie yang sering dikonsumsi manusia.

Tiap saat dia terbang sembari mencari makan juga mengumpulkan liur untuk merajut sarang yang bentuknya setelah selesai dan layak ditempati seperti bentuk mangkok gerabah dapur. Setelah berbentuk sarang akan ia tempati untuk berkembang biak melalui bertelur.

Manusia Panjang Tangan

Jika burung walet panjang sayapnya berbeda dengan manusia yang memiliki kebiasaan panjang tangan meskipun tidak semua manusia.

Burung walet dengan berpayah-payah dan telaten membangun sarang untuk masa depan diri dan keluarganya justru manusia yang merusaknya untuk kepentingan dan kesenangannya.

Ulah sebagian manusia yang panjang tangan terhadap burung walet tersebut berakibat kepada masa depan burung walet.

Bagaimana tidak yang uat sarang selama lebih kurang 8 minggu itu burung walet, tetapi manusia dengan semena-mena karena kemampuan daya rusaknya dengan tanpa piker panjang mengambil telur dan membuangnya setelah itu mengambil pula rumah-burung walet tersebut untuk menumpuk kekayaan.

Tindakkan manusia tersebut adalah bentuk keserakahan yang tergambar jelas dengan sewenang-wenang merusak kehidupan makhluk lain.

Hal tersebut bukan hanya dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan perut tetapi untuk menumpuk kekayaan dengan menualnya. Karena harga sarang burung wallet yang terbuat dari air liur tersebut ckup mahal dan memang menggiurkan hasil penjualannya.

Burung walet membikin sarang selama sekitar 8 minggu, merajut secara sabar hari demi hari. Liur yang keluar dari paruh burung walet semula cair kental dan dalam waktu beberapa jam rajutan liur yang bentuknya mirip mie hun itu akan mengering dan keras.

Lambat laun rajutan liur itu akan menjadi sarang dengan bentuk seperti mangkok. Tak lama kemudian walet akan bertelur 2 butir.

Manusia makhluk tego mentolo

Manusia (sebagian) dengan menghilangkan rasa kesetiakawanan saja susah apalagi untuk menjaga keseimbangan alam. Banyak diantara manusia berlaku sadis dengan acapkali membuang telur burung tersebut dan merampas sarang milik burung walet yang di buatnya dengan susah payah. Sementara manusia sama sekali tak pernah ada peran dalam urusan pembuatan sarang sebagai rumah burung tersebut. Tetapi walaupun begitu manusia tego mentolo mengambilnya setiap saat sesuai selera tanpa beban sedikitpun.

Hal tersebut sama halnya membatasi perkembangbiakan burung walet itu sendiri. Karena upaya burung walet untu membiakkan keturunan di habisi oleh manusia yang mengambil untuk dijual dengan dalih pengobatan, bahan membuat kecantikan, untuk dimakan karena enak rasanya saat diolah dijadikan makanan.

Meskipun manusia oleh Allah Swt telah diciptakan sebagai makhluk yang sempurna namun lebih banyak cenderung mengingkarinya. Segala yang ditemui diembat untuk mengisi perut dan memupuk nafsu tamaknya. Bukan hanya terjadi di pedalaman atau pesisir pantai tetapi juga ditempat keramaian dan pusat pendidikan. Dari pendidikan dasar sampai kepada pendidikan tinggi. Konsep komersialis menjadi ideologi utama.

Seringkali dia sebut bahwa dirinya sebagai insan kamil yang mulia mempunyai tugas amar ma'ruf nahi mungkar. Banyak diantaranya naik turun mimbar dengan kostum ala pendakwah dan tak hanya satu atau dua dianataranya juga jebolan pesantren terkenal dan terdidik bahkan bergelar akademik namun tak lebih hanya sebuah kedok belaka, maka lebih nyaman dan enak dilidah disebut sebagai makhluk tego mentolo

Perilaku keseharian manusia-manusia tego mentolo lebih buas dari seekor harimau atau srigala. Karena harimau atau srigala hanya memakan daging saja dan itupun tidak dari daging sebangsanya. namun manusia tego mentolo doyan semua yang ada dilahap dengan rakusnya.

Hal itu apakah karena manusia tego mentolo memiliki watak pelupa, ooh tidak. Manusia tego mentolo lebih banyak didominasi oleh ambisinya yang menggerogoti mentalnya. Karena setiap waktu dia lantunkan syair-syair kehidupan, setiap waktu dia dengungkan ayat, setiap waktu dia fatwakan pasal demi pasal, setiap waktu dia presentasikan teori demi teori, setiap waktu dia buatkan kebijakan, setiap waktu dia sebutkan Al-rahman dan Al-rahim setiap waktu dia presentasikan hasil penelitian, setiap waktu dia ciptakan para sarjana.

Pertanyaan yang selalu berkecamuk adalah kenapa ada tabiat tego mentolo sebagai sifat keseharian pada diri manusia tersebut. Hiyah, karena itu semua dilakukan tak jauh dari sebuah trik agar setiap orang percaya, begitu ternyata kesimpulannya.

Ketika seseorang tampil dengan seolah-olah alim, saleh, taat, akademis, kostum meyakinkan, dia hafal dan lantunkan syair-syair yang indah, dia penuhi mulut dengan ludah, dia tinggikan suara agar tampak gagah, dia lumurkan bumbu penyedap ludah, dia mekarkan bunga-bunga kasih dan sayang dalam setiap kesempatan publik. Maka siapa pun akan terlena untuk percaya kecuali orang-orang yang jeli.

Bagaimana tidak, wong tidak merasa memberi makan, membiayai kebutuhan burung-burung tersebut pada setiap hari, tak punya peran sama sekali dalam merangkai sarang, lhoo kok tega-teganya mengambil telur dan membuangnya dengan sia-sia lalu mengambil pula sarangnya. Betapa sungguh sangat-sangat tidak masuk pada konsep pemberdayaan akal manusia. Ini sebuah kesewenang-wenangan kelewat batas dalam konteks sebagai sesama makhluk.

Mata dan hati telah mati, akalnya dilupakan oleh ambisi dengan prilaku tak mendidik meskipun dilakukan oleh sekelompok manusia-manusia terdidik. Kelakuan tersebut bukan hanya sekali dua kali namun justru berulangkali seolah menjadi tradisi. Ingat kelakuan itu bukan karena dia lapar dan butuh asupan nutrisi semata tetapi dia gasak hak makhluk ciptaan lain sebagai kerakusan melampaui rakusnya buto cakil.

Pertanyaan menggelayut akhirnya terjawab. Apakah karena dilatarbelakangi politik, ooh tidak sepertinya karena memang sudah tabiat bawaan. Karena diantaranya selain berlatarbelakang politisi juga akademisi dan agamawan bahkan menguasai pasal dan mengajarkan. Maka kesimpulannya sebagai sebuah catatan adalah siapa pun, dimana pun, dan kapan pun tabiat sebagaimana tersebut tidak akan pernah musnah selama masih ada bibit atau tanda-tanda gemar memakan hak bukan miliknya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Burung Walet Panjang Sayapnya Manusia Panjang Tangannya"

Posting Komentar

Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama