Kisah Nabi Ibrahim A.S Dalam Al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 74-83
![]() |
Image: Matahari dalam Kisah Nabi Ibrahim | p2.piqsels.com | |
Tauhid merupakan inti ajaran agama Islam dan dasar pembentukan karakter dan pengembangan kepribadian. Pendidikan tauhid adalah segala kegiatan manusia dalam bidang pendidikan dengan Allah sebagai sumbernya, karena Dia adalah Tuhan seru sekalian alam.
Selain itu tauhid juga sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan kebahagiaan dalam hidup. Karena tauhid itu sendiri memupuk dan mengembangkan fungsi jiwa, menjaga keseimbangannya dan menjamin kedamaian batin.
Tauhid memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena tauhid, manusia dapat memahami makna dan tujuan hidup yang dijalaninya. Coba perhatikan lebih dekat lingkungan di sekitar kita, banyak orang dan benar-benar banyak bahwa mereka tak memiliki tujuan hidup yang tidak jelas, mereka bekerja siang malam hanya untuk mengumpulkan kekayaan semata.
Persaksian seperti tersebut pernah dialami oleh Nabi Ibrahim A.S hingga menjadi salah satu pemicu gerak perjalanan tauhid beliau dalam menemukan Tuhannya. Kisah Nabi Ibrahim A.S tersebut termaktub rapi dalam al-Qur’an Surat al-An’aam Surat 74-83.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat al-An’aam Ayat 74-83 Untuk Pendidikan Tauhid bahwa dalam ayat tersebut intinya adalah Allah WT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengingatkan orang-orang musyrik tentang kisah nenek moyang mereka yang terhormat, yakni Nabi Ibrahim A.S, untuk mengikuti agama nenek moyang mereka. Karena dalam ayat tersebut Nabi Ibrahim A.S mengajak orang untuk percaya pada tauhid dan berhenti melalaikan tanggung jawab untuk menyembah kepada yang hak.
Baca juga : Kisah Nabi Ibrahim A.S
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 74
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ (الأنعام:٧٤)
Artinya: (Ingatlah) ketika Ibrahim berkata ke- pada ayahnya, Azar, “Apakah (pantas) engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata (QS. al-An’aam : 74).
Dalam cerita ini (ayat tersebut), dialog antara Nabi Ibrahim A.S dan ayahnya Azar terungkap. Nabi Ibrahim bertanya kepada ayahnya dan kaumnya apakah pantas bagi mereka untuk membuat berhala, dan mereka membuat diri mereka dewa (berhala)? Mengapa mereka tidak menyembah Allah SWT yang menciptakan mereka dan mengatur berhala. Mereka harus tahu bahwa Allah SWT layak disembah. Inilah sebabnya mengapa Nabi Ibrahim A.S menegaskan bahwa dia benar-benar mengetahui bahwa ayahnya dan kaumnya telah jatuh ke dalam lembah kesesatan yang nyata dan telah menyimpang dari jalan yang benar.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 75
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (الأنعام:٧٥)
Artinya: Demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin (QS. al-An’aam : 75).
Kata-kata Nabi Ibrahim begitu kuat, seperti buah dari imannya yang benar dan petunjuk Allah. Oleh karena itu, saya menunjukkan kepada Nabi Ibrahim A.S kekuatan kita antara langit dan bumi, memperkuat imannya, argumennya lebih kuat, dan menjadikannya orang yang sangat percaya bahwa tidak ada pencipta dan penguasa di alam semesta, kecuali Tuhan AllAh SWT. Ayat ini menjelaskan bagaimana nabi Ibrahim mengajarkan tauhid kepada kaumnya.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 76
Artinya: Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka, ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam” (QS. al-An’aam : 76).
Ayat ini dan ayat-ayat berikutnya sama yakni menjelaskan bagaimana nabi Ibrahim mengajarkan tauhid. Ketika malam tiba, Nabi Ibrahim A.S (Ibrahim saat masih belia sudah gemar mencari kebenaran tauhid) melihat bintang yang bersinar dan berkata, Ini adalah Tuhan yang saya cari. Karena itu, ketika bintang-bintang terbenam dan tidak terlihat lagi, katanya, saya tidak suka menyembah dan percaya pada matahari terbenam yang pada akhirnya akan hilang.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 77
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (الأنعام:٧٧)
Artinya: Kemudian, ketika dia melihat bulan terbit dia berkata (kepada kaumnya), “Inilah Tuhanku.” Akan tetapi, ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk kaum yang sesat” (QS. al-An’aam : 77).
Ahmad Mushthafa, Al Maraghi (1992:293); Dalam ayat ini, ketika pemulaan terbitnya bulan, nabi Ibrahim as mengatakan bahwa bulan adalah tuhannya. Perkataan itu disampaikannya ketika beliau melihat bulan pada malam berikutnya.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 78
فَلَمَّا
رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ
قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ (الأنعام: ٧٨)
Artinya: Kemudian, ketika dia melihat matahari terbit dia berkata (lagi kepada kaum nya), “Inilah Tuhanku. Ini lebih besar.” Akan tetapi, ketika matahari terbenam dia berkata, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari yang kamu persekutukan” (QS. al-An’aam : 78).
Muhammad Quraish Shihab (1996); Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim A.S setelah melihat bintang, bulan dan matahari tenggelam beliau melepaskan diri dari penyembahan yang dipersekutukan dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 79
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (الأنعام: ٧٩)
Artinya:
Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit
dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang
musrik (QS. al-An’aam : 79).
Dalam
ayat ini menurut Ahmad Mushthafa dalam tafsir Al Maraghi, (1992:295) dikatakan, Nabi
Ibrahim A.S berserah diri menghadapkan dirinya didalam beribadah hanya kepada
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, serta yang lainnya. Dan beliau cenderung
kepada agama yang lurus.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 80
وَحَاجَّهُ قَوْمُهُ ۚ قَالَ أَتُحَاجُّونِّي فِي اللَّهِ وَقَدْ هَدَانِ ۚ وَلَا أَخَافُ مَا تُشْرِكُونَ بِهِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ رَبِّي شَيْئًا ۗ وَسِعَ رَبِّي كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا ۗ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ (الأنعام: ٨٠)
Artinya: Kaumnya membantah. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada yang kamu persekutukan dengan-Nya, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidak-kah kamu dapat mengambil pelajaran” (QS. al-An’aam : 80).
Dalam ayat ini, Al Maraghi, (1992:301); Nabi Ibrahim AS. tidak takut kepada tuhan-tuhan yang dijadikan sekutu oleh kaumnya untuk mendatangkan bahaya kepada beliau.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 81
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا ۚ فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (الأنعام:٨١)
Artinya: Bagaimana mungkin aku takut kepada yang kamu sekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut menyekutukan sesuatu dengan Allah yang Dia (sendiri) tidak pernah menurunkan kepadamu alasan apa pun. Maka, golongan yang manakah dari keduanya yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kamu mengetahui” (QS. al-An’aam : 81).
Dalam ayat ini, Al Maraghi, (1992:303) dijelaskan bahwa Nabi Ibrahim A.S tidak takut akan makhluk yang dijadikan kaumnya untuk menyekutukan Allah SWT. Karena yang dijadikan sekutu itu tidaklah mendatangkan manfaat dan kemudaratan .
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 82
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ (الأنعام:٨٢)
Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk (QS. al-An’aam : 82).
Muhammad Quraish Shihab (1996), Dalam ayat ini, yang dimaksud dengan dzalim ialah syirik .
Kisah Nabi Ibrahim A.S dalam al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 83
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ (الأنعام:٨٣)
Artinya: Itulah keterangan yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan orang yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha bijaksana lagi Maha Mengetahui (QS. al-An’aam : 83).
Al-Maraghi, (1992:306); Yang dimaksud hujjah dalam ayat ini ialah hujjah yang Allah tunjukkan dan berikan kepada Nabi Ibrahim A.S, agar dia dapat memberikan keterangan yang jelas kepada kaumnya.
Baca juga : Kisah Nabi Ibrahim AS Dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 41-50
Oleh karena itu, dalam ayat ini bahwa Nabi Ibrahim A.S memberikan pencerahan terhadap umatnya tentang penyembahan berhala yang diagungkan tersebut tak memberikan manfaat apa pun.
Selain itu Nabi Ibrahim A.S juga menggambarkan saat dalam pencarian Tuhan dengan menyembah bintang, bulan, matahari, yang tak abadi. Argumentasi dengan memberikan tamsil-tamsil kepada umatnya agar tidak menyangkal percakapannya sebagai penjelas agar mudah untuk dicerna, meskipun kemudian Nabi Ibrahim A.S meninggalkan kaumnya tak mau mendengar penjelasannya untuk pindah ke tempat yang baru.
0 Response to "Kisah Nabi Ibrahim A.S Dalam Al-Qur’an Surat Al-An’aam Ayat 74-83"
Posting Komentar
Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama