Surfe.be - Layanan iklan spanduk

Pengertian Dan Pemikiran Filsafat Menurut Para Ahli

Al Kindi

Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat menurut Poedjawijatna “Filo” artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu. “Sofia” artinya kebijaksanaan, bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan. Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis (Muhammad, 25:2015).

Manusia sudah banyak masalah yang berhasil dipecahkan dengan ilmu yang dimiliki. Contohnya rahasia alam semesta telah banyak diungkapkan melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah dapat melahirkan banyak teknologi yang inspiratif, misalnya bioteknologi, teknologi perangkat lunak, teknologi komunikasi dan teknologi angkasa raya. Meskipun demikian sepesat apa pun ilmu yang didapat manusia masih tetap terdapat banyak pertanyaan yang sampai dengan saat ini belum menemukan jawaban. Sehingga disaat ilmu pengetahuan tak dapat menemukan jawaban semua pertanyaan yang ada menjadi pekerjaan filsafat untuk menemukan jawabannya (Prasetyo & Barkatullah, 1 : 2012).

Selayang Pandang Filsafat

Sedikit tentang selayang pandang filsafat bahwa “filsafat pada awalnya dikenal pada kisaran tahun 700 sm di Yunani, Filsafat dalam bahasa Yunani disebut philospohia yang terdiri dari dua suku kata dari philos & sophos. Philos diartikan sebagai cinta persahabatan, sedangkan sophos berarti Hikmah, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Keterampilan, Pengalaman Praktis & Intelegensia. oleh karena itu Philosophia dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau kebenaran” (Pajria, 2016).

Prasetyo & Barkatullah (2012) dikatakan: Berfilsafat adalah berpikir. Hal ini tidak berarti setiap berpikir adalah berfilsafat, karena berfilsafat itu berpikir dengan ciri-ciri tertentu.

Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan, yaitu: berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal, universal (umum), konseptual, koheren dan konsisten, sistematik, komprehensif bebas bertanggung jawab.

Menurut Soemardi Soerjabrata, Philosophos harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan dari pada kecintaannya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sofis & socrates yang memberikan arti kata “Philosaphien” sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis (Pajria, 2016).

Filsafat itü juga bersifat introspektif atau mempergunakan daya upaya introspektif. Artinya, filsafat tidak hanya menjangkau kedalaman dan keluasan dari permasalahan yang dihadapi, tetapi juga mempertanyakan peranan dari dirinya dan dari permasalahan tersebut. Filsafat mempertanyakan tentang struktur yang ada dalam dirinya dan permasalahan yang dihadapinya. Sifat introspektif dan filsafat sesuai dengan sifat manusia yang memiliki hakikat dapat mengambil jarak (distansi) tidak hanya pada hal-hal yang berada di luarnya tetapi juga pada dirinya sendiri (Prasetyo & Barkatullah, 2012).

Radikal tidak berarti sekadar mendalam sampai ke akar-akarnya, tapi sekaligus dalam arti kritis, tidak dogmatis dan tidak skeptis. Sedang marginal dimaksudkan sebagai sifat hakikat permasalahan pembatasan (grensproblemen) yaitu antara wilayah dan lahan empiris (pengalaman) dan meta-empiris/metafisika. Kedua-duanya didudukkan di atas landasan kesadaran, bahwa akal budi manusia walaupun dapat mengenai dan mengidentifikasi hakikat kebenaran, namun ia tidak mampu mengenali das ding an sich yang ada di belakang dan menjadi hakikat terakhir dari segala kebendaan (Prasetyo & Barkatullah, 2012).

Pemikiran Filsafat

Pemikiran filsafat adalah melakukan usaha secara mendalam sebagai titah sawantah jalmo manungso (Jawa) atau dengan kata lain melakukan upaya dengan berfikir tanpa henti agar mendapatkan kebaikan dan juga kebenaran adalah bagian dari suatu filsafat.

Segala hal yang telah ada di alam dunia ini diciptakan tentunya terdapat banyak fungsi, tujuan dan manfaat yang berbeda sekalipun ada terdapat kesamaan. Hyang Maha Pencipta dan Maha Tahu atas segala ciptaan-Nya seperti misalnya alam berikut isinya ini memiliki mekanisme atau orang Jawa menyebut angger-angger, tatanan yang pastinya disertai dengan sifat kekurangan serta kelebihan.

Tatanan antara satu dengan lainnya dalam semesta ini manusia adalah yang sangat potensial sebagai satu diantara beberapa jenis makhluk. Hal yang demikian ini karena manusia telah mendapat suatu karunia dengan akal pikiran dan hati.

Dengan akal sebagaimana tersebut manusia telah dapat melahirkan suatu ilmu pengetahuan yang tentunya semakin hari semakin berkembang. Dari pengetahuan yang dimiliki kemudian manusia semakin penasaran akan kebenaran yang ia temui sehingga semakin dalam ia akan mencari kebenaran lainnya.

Namun demikian begitu perkembangan ilmu pengetahuan mendapatkan kemajuan pesat justru bertambah pulsa persoalan baru sehingga pastinya akan muncul pertanyaan baru manusia manusia untuk mendapat dijawabnya. Ketika pertanyaan demi pertanyaan terjawab meskipun tidak seluruhnya melalui ilmu pengetahuan maka di sinilah filsafat memiliki peranan.

Filsafat Menurut Para Ahli

Pendapat para ahli tentang pengertian filsafat, dilansir dari zonareferensi.com dikatakan oleh beberapa ahli yang sebagian diantaranya adalah sebagai berikut;

Menurut Cicero; Pengertian filsafat menurut Cicero diartikan sebagai sebagai ibu dari semua seni. Ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae atau seni kehidupan.

Menurut Aristoteles; Pengertian filsafat menurut Aristoteles adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat sebagai ilmu umum. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Menurut Ibnu Sina; hal pertama yang dihadapi seorang filsuf adalah bahwa yang ada berbeda-beda, terdapat ada yang hanya mungkin ada.

Menurut Plato; Pengertian filsafat menurut Plato adalah sebuah pengetahuan tentang segala yang ada atau ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

Menurut Al Farabi; Definisi filsafat merupakan ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.

Menurut Thomas Hobbes; Arti filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.

Menurut Al-Kindi; Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia. Ia memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam membagi filsafat itu dalam tiga lapangan: 1) Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah; 2) Ilmu Matematika (al ilmu al riyadil), tingkatan tengah; 3) Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat), tingkatan tertinggi (ZonaReferensi, 2020).

Urgensi Belajar Filsafat

Urgensi belajar filsafat bagi kehidupan merupakan keniscayaan. Karena belajar dan mengkaji filsafat tidak hanya sekedar melakukan riset penelusuran semata namun lebih dari itu, ketika misalnya mengemukakan sebuah gagasan, atau mencari sebuah jawab atas tiap-tiap persoalan yang timbul di dalam pikiran manusia, dan selanjutnya memberilan suaru argumentasi diperlukan ketepatan dari sebuah jawaban tersebut.

Perlu diingat bahwa dalam filsafat tidak terdapat teks yang mutlak untuk menjadi sebuah keharusan, sehingga semua permasalahan yang terjadi pastinya akan selalu melihat konteks. Artinya adalah bahwa semua anggapan dapat timbul di dalam suatu bangunan konstruksi sosial yang hakikat, makna, dan fungsinya dapat tiba-tiba berubah sesuai perjalanan waktu.

Fazlur Rahman (1982) mengatakan; Filsafat adalah suatu kebutuhan intelektual yang abadi dan harus dibiarkan tumbuh subur, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk disiplin- disiplin lain, karena ia menanamkan semangat kritis-analitis yang sangat dibutuhkan untuk melahirkan gagasan-gagasan baru yang menjadi alat intelektual yang penting bagi sains-sains lain, tak kurang bagi agama dan teologi. Oleh karena itu suatu bangsa yang membuang filsafatnya, berarti menghempaskan dirinya dalam bahaya kelaparan akan gagasan-gagasan segar. Itu berarti bunuh diri intelektual (Wahyuddin, 2016).

Dengan filsafat, setiap individu belajar dan berlatih menjadi manusia yang utuh, artinya bahwa dia (manusia) mampu berpikir secara mendalam, rasional, komunikatif, tanpa mengenal profesi. Kemampuan-kemampuan setiap person sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Dengan melihat filsafat seseorang pula akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas.

Adanya perkembangan ilmu yang banyak dan maju tidak berarti semua pertanyaan dapat dijawab oleh sebab itu pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab tersebut menjadi porsi pekerjaan filsafat. Filsafat itu datang sebelum dan sesudah ilmu (Hamersma, 13:1992:).

Berbeda dengan disiplin pengetahuan yang lain, filsafat menyentuh dan merasuki hampir semua wilayah disiplin keilmuan (Wahyuddin, 2016).

Filsafat Teori Kebenaran

Menurut Surajiyo (2008) bahwa Ilmu memiliki 2 (dua) pendekatan terhadap kenyataan atau fakta (reality) baik agreed reality maupun melalui penalaran rasional menemukan kenyataan, sebab aktivitas berfikir merupakan proses pemindahan fakta melalui panca indera ke dalam otak. Kebenaran dibagi menjadi 3 (tiga) jenis:

  1. Kebenaran Epistemologikal, yaitu kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia;
  2. Kebenaran Ontologikal, yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada ataupun diadakan;
  3. Kebenaran Simantikal, yaitu kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa (Herowati, 17 : 2018).

Jujun S. Sumantri (2001) mengatakan “Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dengan fakta-fakta itu sendiri, atau pertimbangan (judgment) dan situasi yang dipertimbangkan itu berusaha melukiskannya (Herowati, 17:2018).

Muhammad Noor Syam (1998) mengatakan “Kebenaran adalah kesesuaian dengan fakta. Kebenaran adalah perwujudan dari pemahaman subjek tentang sesuatu, terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek yaitu fakta, peristiwa, nilai-nilai (norma hukum) yang bersifat umum (Herowati, 17:2018).

Menurut teori dialektika Hagel, setiap fase dalam perkembangan dunia merupakan rentetan dari fase berikutnya, artinya setiap pengertian mengandung lawan dari pengertian itu sendiri. Perkembangan dari yang ada kepada yang tidak ada atau sebaliknya mengandung katagori yang ketiga, yaitu akan menjadi. Tritunggal tersebut terdiri dari these-antithese-synthese, yang pada akhirnya dari setiap synthese merupakan titik tolak dari tritunggal yang baru (Rasjidi L. , 37 : 1990).

Aristoteles pernah menyatakan, bahwa manusia itü pada kodratnya ingin mengetahui, ingin mengerti (Setiardja, 2000).

Baca juga artikel terkait:

  1. Aplikasi Konsep Epistemologi Pendidikan Islam Secara Menyeluruh
  2. Fenomena Politik Pendidikan Gelar Akademik Dan Buah Mojo
  3. Pengertian Tujuan Dan Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan
  4. Awal Proses Terjadinya Manusia

Refrence

Wahyuddin, H. (2016). Peran Studi Filsafat bagi Transformasi Intelektual Islam. Sulesana, 10(2). http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/2933
Hamersma, H. (1992). Tokoh-Tokoh Filsafat Hukum Modern. Jakarta: Gramedia.
Herowati, P. (2018). Ilmu Hukum dalam Perspektif Filsafat Ilmu (S. Wilma, laura (ed.); 1st ed.). LaksBang PRESSindo. http://repository.petra.ac.id/18276/
Muhammad, R. (2015). Filsafat Hukum. In CV. Warta Bagja.
Pajria, E. (2016, August 29). Filsafat Hukum (bagian 2 : Filsafat, Hukum dan Filsafat Hukum). Retrieved 07 19, 2020, from Lisuma Gunadarma: https://lisumagunadarma.wixsite.com/ormawa/single-post/2016/08/29/Filsafat-Hukum-bagian-2-Filsafat-Hukum-dan-Filsafat-Hukum
Prasetyo, T., & Barkatullah, A. H. (2012). Filsafat, Teori & Ilmu Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rasjidi, L. (1990). Dasar-Dasar Filsafal Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Setiardja, A. G. (2000). Manusia Dab Ilmu; Telaah Filsafat Atas Manusia yang Menekuni ilmu Pengetahuan. Bahan Kajian Filsafat Ilmu. Magister Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, p. 27.
ZonaReferensi. (2020, Desember 13). Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli, Secara Umum dan Etimologi. Retrieved from zonareferensi.com: https://www.zonareferensi.com/pengertian-filsafat/

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Dan Pemikiran Filsafat Menurut Para Ahli"

Posting Komentar

Mohon komentar yang baik untuk keharmonisan bersama